Training
and Development
Kata
pelatihan adalah hal yang telah umum kita dengar dan perbincangkan di dalam
konteks pendidikan maupun dunia pekerjaan. Kata pelatihan, pendidikan dan
pengembangan merupakan hal yang tidak asing dan seolah-olah telah kita pahami
maknanya secara tepat oleh semua orang. Oleh karena itulah saya akan membahas
tentang pelatihan, pendidikan dan pengembangan guna menambah khasanah ilmu
pengetahuan.
1. Pelatihan, pendidikan dan pengembangan
Dalam dunia
kerja, pelatihan adalah suatu kegiatan yang direncanakan perusahaan/institusi
untuk memfasilitasi proses belajar karyawan untuk mencapai kompetensi dalam pekerjaannya (Noe, dalam Yuwono dkk, 2005). Menurut Sikula (dalam Munandar,
2001) pelatihan (training) adalah
proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan
terorganisir, sehingga tenaga kerja non-manajerial mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis untuk tujuan tertentu. Adapun tujuan diadakannya pelatihan
yaitu agar karyawan
menguasai pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dilatihkan dalam program pelatihan sehingga
dapat diaplikasikan dalam
kegiatan mereka sehari–hari. Sesungguhnya
pelatihan, pendidikan dan pengembangan merupakan suatu hal yang tumpang tindih
dimana batas antara ketiganya sulit untuk dibedakan dan memiliki tujuan untuk
mengubah perilaku kearah yang lebih sesuai dengan kondisi dan situasi dimana
seseorang bekerja.
Pendidikan adalah aktivitas yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, nilai-nilai moral dan pemahaman yang dibutuhkan dalam aspek kehidupan.
Tujuan pendidikan adalah memberi kondisi yang penting bagi peserta didik untuk mengembangkan suatu
pengertian tradisi, nilai-nilai moral dan budaya, pengetahuan dan ide-ide yang
mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan bersama. Menurut Armstrong
(dalam Yuwono dkk, 2005) pendidikan
bersifat generalis meliputi
pelajaran budaya, hukum, linguistik dan
pengetahuan lain sebagai dasar untuk belajar berkesinambungan, pengembangan
individu, kreativitas dan komunikasi (Armstrong, 1992).
Dari definisi di atas sudah jelas perbedaan antara pendidikan dan
pelatihan. Beebe, Mottet & Roach (dalam Yuwono dkk, 2005) mengemukakan
perbedaan diantara keduanya, seperti waktu (training
dalam jangka waktu singkat, sedangkan pendidikan lebih lama), bidang kajian (training spesifik, pendidikan lebih
luas), dan tujuan (training untuk
meningkatkan kinerja/skill tertentu yang langsung diterapkan dalam pekerjaan,
sedangkan pendidikan lebih umum dan menyeluruh). Training lebih menekankan learning by doing dan penguasaan
secara parsial, sedangkan pendidikan lebih berupa penanaman konsep, penambahan
pengetahuan secara keseluruhan. Agar
lebih mudah dalam memahami perbedaan antara pelatihan dan pendidikan,
perhatikan tabel berikut ini menurut Beebe, Mottet & Roach
(dalam Yuwono, 2005).
Sebenarnya batas antara pelatihan dan
pengembangan tidak jelas. Ada yang menggunakan pelatihan khusus untuk tenaga kerja
nonmanajerial sedangkan untuk pengembangan untuk tenaga kerja manajerial.
Tetapi menurut Sikula (dalam Munandar, 2001) pengembangan (development) merupakan proses pendidikan jangka panjang yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja
manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum.
Selain itu, pengembangan meliputi elemen dari pelajaran yang direncanakan, pengalaman dan
didukung oleh fasilitas coaching dan konseling (Armstrong, dalam Yuwono dkk, 2005). Adapun tujuan dilakukannya
pengembangan yaitu agar
organisasi mampu merealisasi visi mereka dan mencapai tujuan tujuan jangka menengah dan jangka pendek serta bagi karyawan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka dalam pekerjaan sekarang dan menyiapkan diri untuk peran dan tanggung jawab yang akan dating. Agara lebih jelas membedakan antara
pelatihan dan pengembangan menurut Noe (dalam Yuwono dkk, 2005), perhatikan
tabel berikut ini.
Training
Need Analysis (TNA) adalah Adalah program kegiatan dalam menganalisa kebutuhan
pelatihan, baik dilakukan untuk individu maupun kelompok
(Munandar, 2001).
Kegiatan ini
mencari data tentang
pengetahuan, skills dan sikap yang diperlukan oleh seorang pekerja dalam
menjalankan pekerjaan. Adapun cara penyusunan program
pelatihan atau pengembangan menurut Munandar (2001) terdiri atas bermacam-macam
tahap, yaitu :
Tahap 1
Identifikasi kebutuhan (TNA) dan studi
pekerjaan (job study)
|
Tahap 2
Penetapan sasaran pelatihan atau pengembangan
|
Tahap 3
Penetapan kriteria keberhasilan dengan alat-alat ukurnya
|
Tahap 4
Penetapan metode pelatihan atau
pengembangan
|
Tahap 5
Pencobaan dan revisi
|
Tahap 6
Implementasi dan evaluasi
|
Sama halnya dengan cara penyusunan
program pelatihan atau pengembangan menurut Munandar (2001). Yuwono, dkk (2015)
juga mengungkapkan cara penyusunan program pelatihan atau pengembangan dalam 7
tahap, yaitu :
1.
Tahap 1 :
Menganalisa kebutuhan pelatihan
2.
Tahap 2 :
Menentukan tujuan pelatihan
3.
Tahap 3 :
Memastikan kesiapan peserta mengikuti pelatihan
4.
Tahap 4 :
Menciptakan suatu lingkungan belajar
5.
Tahap 5 :
Mengorganisasikan materi pelatihan
6.
Tahap 6 :
Memilih metode pelatihan
7.
Tahap 7 :
Mengevaluasi program pelatihan
Para ahli pelatihan mneyarankan agar
terpenuhinya setiap tahap sebelum tahap
yang berikutnya dimulai. Walaupun demikian, tetap ada kemungkinan bahwa ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan secara bersamaan.
3. Keefektifan Program Pelatihan dan
Pengembangan
Kraiger, Ford & Salas (dalam
Munandar, 2001) membedakan anatara penilaian program pelatihan dan efektivitas
program pelatihan. Penilaian pelatihan mengacu pada suatau sistem untuk
mengukur apakah para trainee mencapai
sasaran pembelajaran, sedangkan efektivitas pelatihan berkaitan dengan tercapai
tidaknya sasaran yang telah direncanakan
yang mencakup pembelajaran dan pengalihan pelatihan (kemampuan mengalihkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipelajari selama program pelatihan
kedalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari).
Setiap program pelatihan atau
pengembangan yang dilaksanakan memerlukan sebuah evaluasi sebagai tolak ukur
keberhasilan dan tingkat keefektifan program tersebut. Rothwell mengutip model
Kirikpatrick (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa terdapat empat tingkat
dari penilaian program pelatihan atau pengembangan, yaitu :
1. Reaksi dari peserta pelatihan (apakah peserta menyenangi program
pelatihan yang merupakan
hasil dari evaluasi peserta).
2.
Hasil pembelajaran
peserta pelatihan (apakah peserta memahami pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan oleh trainer yang
merupakan hasil
pre test dan
post test).
3.
Perubahan
perilaku peserta pada pekerjaan (seberapa banyak perubahan perilaku peserta di pekerjaan yang
merupakan hasil evaluasi setelah di pekerjaan)
4.
Hasil untuk organisasi
(sejauh mana pelatihan atau pengembangan mempengaruhi organisasi
dan seberapa banyak pendapatan
yang diperoleh perusahaan setelah diadakan pelatihan)
Referensi
Ino Yuwono, Fendy Suhariadi, Seger Handoyo,
Fajrianthi, Budi Setiawan Muhamad, Berlian Gressy Septarini, 2005. Psikologi
Industri & Organisasi. Surabaya:
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press)
0 komentar:
Posting Komentar