Jumat, 12 Mei 2017

Coaching, Counseling and Mentoring (CCM)

Coaching, Counseling and Mentoring

Coaching
Coaching merupakan proses memberikan panduan dan umpan balik untuk menolong orang lain dalam meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan juga menyelesaikan pekerjaan atau masalah (Aprianto & Jacob, 2014). Selain itu, coaching merupakan proses membuka kunci potensi pada diri seorang individu untuk memaksimalkan kinerjanya. Ia lebih merupakan proses membantu seseorang belajar dengan dalih mengajarinya (Gallwey dalam Yuliawan, 2011). Coaching dapat digunakan dalam menangani perilaku (behavior), sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge) serta juga dapat difokuskan pada peningkatan spiritual dan fisik karyawan (Neupane, 2015).
Coaching dilakukan ketika peserta sudah memiliki pemahaman yang hampir sama dalam memahami tugasnya namun tidak mengerti cara menyelesaikan tugasnya. Dalam hal ini seorang pelatih (coach) sangat dibutuhkan untuk membantu para peserta dalam belajar cara menyelesaikan pekerjaan, namun bukan mengajarinya (Aprianto & Jacob, 2014). Pelatih (coach) akan mengarahkan setiap peserta untuk dapat lebih mengungkapkan pemikiran-pemikiran kreatifnya sehingga pribadi peserta dapat maksimal dan berkembang dengan baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan dari segi kemandiriannya (Munthe, 2015).
Keith E. Webb (dalam Munthe, 2015) yang merupakan seorang pakar coaching menciptakan proses coaching yang populer yaitu “The Coach Model”. Proses coaching ini menggunakan sebuah tahapan dalam membantu melakukan coaching terhadap target peserta coaching. Adapun proses tahapan tersebut sebagai berikut :

1.      C: Connect (menjalin hubungan). Tahap ini adalah untuk menjalin hubungan dengan coachee dan membangun kepercayaan.
2.      O: Outcome (sasaran percakapan). Mencari tau hal yang menjadi topik penting bagi coachee dan menetapkan agenda coachee untuk percakapan yang akan dilakukan.
3.      A: Awarness (membangkitkan kesadaran). Manajer akan mengajukan pertanyaan dan akan mendengar secara aktif.
4.      C: Course (langkah-langkah tindakan). Tahap ini mencoba untuk menangkap pemahaman dan pemikiran lalu menerjemahkannnya sebagai tindakan-tindakan yang akan dilakukan.
5.      H: Highlights (menelaah kembali pembelajaran). Pada tahap ini manajer sebagai coach akan meminta coachee untuk mengulas kembali apa yang telah dipelajari, pemahaman yang didapat, dan hal yang berguna.

Counseling
Counseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konseli dalam membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat (Ariyani, 2013). Counseling dapat dilakukan dengan melakukan wawancara kepada karyawan tentang kebutuhan–kebutuhan yang diperlukan oleh karyawan tersebut, dimana salah satu tujuan pentingnya adalah untuk menyampaikan kepada karyawan agar dapat menerima sebagian tanggung jawab untuk mengembangkan diri mereka sendiri, mengembangkan karir dan kesehatan mental karyawan supaya karyawan merasa nyaman dengan dirinya dan lingkungannya, memiliki pandangan objektif dan positif terhadap orang lain, sehingga mampu memenuhi kebutuhannya (Ariyani, 2013).
Adapun tipe-tipe konseling menurut Aryani (2013) terbagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1.      Directive conseling. Proses mendengarkan masalah-masalah emosional karyawan, memutuskan dengan karyawan apa yang seharusnya dilakukan, dan kemudian memberitahukan dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan hal itu.
2.      Nondirective conseling (client-centered conseling). Suatu proses mendengarkan secara penuh perhatian dan mendorong karyawan untuk menjelaskan masalah-masalah yang menyusahkan mereka, memahaminya dan menentukan penyelesaian-penyelesaian yang tepat.
3.      Cooperative conseling. hubungan timbal balik antara pembimbing dan karyawan untuk membantu pemecahan  masalah-masalah karyawan.
Adapun tahapan proses konseling menurut Miharja (2010), diantaranya :
1.      Membentuk kesiapan untuk konseling
Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling terutama yang berhubungan dengan klien adalah:
(1)   Motivasi klien untuk memperoleh bantuan
(2)   Pengetahuan klien tentang konseling
(3)   Kecakapan intelektual
(4)   Tingkat tilikan terhadap masalah dan dari dirinya sendiri
(5)   Harapan-harapan terhadap peran konselor
(6)   Sistem pertahanan diri
2.      Memperoleh riwayat kasus
Suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu. Melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dihadapi klien.
3.      Evaluasi psikodiagnostik
Penggunaan tes psikodiagnostik dalam konseling berfungsi untuk :
(1)   Menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling
(2)   Meramalkan keberhasilan konseling
(3)   Memperoleh informasi yang lebih terinci
(4)   Merumuskan diagnostik yang lebih tepat.
Counseling dan coaching memiliki beberapa perbedaan, counseling berkaitan dengan afektif seperti motivasi yang rendah dapat ditingkatkan dengan melakukan counseling. Sedangkan coaching berkaitan dengan kognitif seperti pengambilan keputusan serta coaching lebih terkait dengan skill.

Mentoring
Mentoring didefinisikan sebagai hubungan profesional dimana individu berpengalaman yang disebut mentor membantu orang lain yang disebut mentee dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan pribadi dan profesional bagi orang-orang yang kurang berpengalaman (Pertin, dalam Neupane, 2015). Sedangkan menurut Hall dan Duval (dalam Yuliawan, 2011) mentor adalah seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi daripada klien, sebab mereka memang memiliki keahlian dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh klien. Mentoring juga dapat menjadi sebuah jenis dukungan seseorang orang kepada orang lain dalam hubungan individu yang dihasilkannya melalui kontak reguler selama periode waktu tertentu (Neupane, 2015).
Coaching dan mentoring jika dilihat secara sekilas hampir memiliki kesamaan dan tidak ada perbedaan yang mencolok dari keduanya. Namun, coaching dan mentoring memiliki tujuan yang hampir sama yaitu untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi seseorang, sedangkan yang membedakannya pada pemahaman target atau pesertanya, jika coaching individu atau klien telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidangnya sehingga pelatihnya hanya memfasilitasi belajar saja. Sedangkan mentoring, individu atau klien belum memiliki pengetahuan atau informasi mengenai pembelajaran (Yuliawan, 2011).

Referensi
Aprianto, B., & Jacob, F, A. (2014). Pedoman lengkap soft skills kunci sukses dalam karier, Bisnis, dan kehidupan pribadi. Jakarta: Penerbit PPM.

Ariyani, R, M. (2013). Peran konseling dalam meningkatkan kinerja karyawan. Jurnal Ekonomi, 1, 3.

Miharja. (2010). Teknik konseling diakses pada tanggal 12 mei 2017 https://www.scribd.com/doc/37922005/Buku-Bahan-Ajar-Teknik-Konseling

Munthe, R, G. (2015). Menerapkan coaching sebagai gaya kepemimpinan masa kini. Jurnal Manajemen, 14, 2.

Neupane, R. (2015). Effects of coaching and mentoring on employee performance in the UK hotel indutri. International Journal of Social Sciences and Management, 2(2), 123-138.


Yuliawan, T. P. (2016). Coaching Psychology: sebuah Pengantar. Buletin Psikologi, 19(2).




0 komentar:

Posting Komentar