Coaching,
Counseling and Mentoring
Coaching
Coaching
merupakan proses memberikan panduan dan umpan balik untuk menolong orang lain dalam
meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan juga menyelesaikan pekerjaan atau
masalah (Aprianto & Jacob, 2014). Selain itu, coaching merupakan proses membuka kunci potensi pada diri seorang
individu untuk memaksimalkan kinerjanya. Ia lebih merupakan proses membantu
seseorang belajar dengan dalih mengajarinya (Gallwey dalam Yuliawan, 2011). Coaching dapat digunakan dalam menangani
perilaku (behavior), sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge) serta juga dapat difokuskan
pada peningkatan spiritual dan fisik karyawan (Neupane, 2015).
Coaching
dilakukan ketika peserta sudah memiliki pemahaman yang hampir sama dalam
memahami tugasnya namun tidak mengerti cara menyelesaikan tugasnya. Dalam hal
ini seorang pelatih (coach) sangat
dibutuhkan untuk membantu para peserta dalam belajar cara menyelesaikan
pekerjaan, namun bukan mengajarinya (Aprianto & Jacob, 2014). Pelatih (coach) akan mengarahkan setiap peserta
untuk dapat lebih mengungkapkan pemikiran-pemikiran kreatifnya sehingga pribadi
peserta dapat maksimal dan berkembang dengan baik dalam menyelesaikan suatu
permasalahan dari segi kemandiriannya (Munthe, 2015).
Keith
E. Webb (dalam Munthe, 2015) yang merupakan seorang pakar coaching menciptakan proses coaching
yang populer yaitu “The Coach Model”.
Proses coaching ini menggunakan
sebuah tahapan dalam membantu melakukan coaching
terhadap target peserta coaching. Adapun
proses tahapan tersebut sebagai berikut :
1. C:
Connect (menjalin hubungan). Tahap
ini adalah untuk menjalin hubungan dengan coachee dan membangun kepercayaan.
2. O:
Outcome (sasaran percakapan). Mencari
tau hal yang menjadi topik penting bagi coachee dan menetapkan agenda coachee
untuk percakapan yang akan dilakukan.
3. A:
Awarness (membangkitkan kesadaran).
Manajer akan mengajukan pertanyaan dan akan mendengar secara aktif.
4. C:
Course (langkah-langkah tindakan).
Tahap ini mencoba untuk menangkap pemahaman dan pemikiran lalu
menerjemahkannnya sebagai tindakan-tindakan yang akan dilakukan.
5. H:
Highlights (menelaah kembali
pembelajaran). Pada tahap ini manajer sebagai coach akan meminta coachee untuk
mengulas kembali apa yang telah dipelajari, pemahaman yang didapat, dan hal
yang berguna.
Counseling
Counseling
merupakan suatu proses dimana konselor membantu konseli dalam membuat
interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan
rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat (Ariyani, 2013). Counseling dapat dilakukan dengan
melakukan wawancara kepada karyawan tentang kebutuhan–kebutuhan yang diperlukan
oleh karyawan tersebut, dimana salah satu tujuan pentingnya adalah untuk menyampaikan
kepada karyawan agar dapat menerima sebagian tanggung jawab untuk mengembangkan
diri mereka sendiri, mengembangkan karir dan kesehatan mental karyawan supaya
karyawan merasa nyaman dengan dirinya dan lingkungannya, memiliki pandangan
objektif dan positif terhadap orang lain, sehingga mampu memenuhi kebutuhannya
(Ariyani, 2013).
Adapun
tipe-tipe konseling menurut Aryani (2013) terbagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Directive conseling.
Proses mendengarkan masalah-masalah emosional karyawan, memutuskan dengan
karyawan apa yang seharusnya dilakukan, dan kemudian memberitahukan dan
memotivasi karyawan untuk melaksanakan hal itu.
2. Nondirective conseling (client-centered
conseling). Suatu
proses mendengarkan secara penuh perhatian dan mendorong karyawan untuk
menjelaskan masalah-masalah yang menyusahkan mereka, memahaminya dan menentukan
penyelesaian-penyelesaian yang tepat.
3. Cooperative conseling.
hubungan timbal balik antara pembimbing dan karyawan untuk membantu
pemecahan masalah-masalah karyawan.
Adapun
tahapan proses konseling menurut Miharja (2010), diantaranya :
1. Membentuk
kesiapan untuk konseling
Hal-hal yang berkenaan
dengan kesiapan konseling terutama yang berhubungan dengan klien adalah:
(1) Motivasi
klien untuk memperoleh bantuan
(2) Pengetahuan
klien tentang konseling
(3) Kecakapan
intelektual
(4) Tingkat
tilikan terhadap masalah dan dari dirinya sendiri
(5) Harapan-harapan
terhadap peran konselor
(6) Sistem
pertahanan diri
2. Memperoleh
riwayat kasus
Suatu
kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien di masa sekarang dan
masa lalu. Melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dihadapi klien.
3. Evaluasi
psikodiagnostik
Penggunaan tes
psikodiagnostik dalam konseling berfungsi untuk :
(1) Menyeleksi
data yang diperlukan bagi konseling
(2) Meramalkan
keberhasilan konseling
(3) Memperoleh
informasi yang lebih terinci
(4) Merumuskan
diagnostik yang lebih tepat.
Counseling
dan coaching memiliki beberapa
perbedaan, counseling berkaitan
dengan afektif seperti motivasi yang rendah dapat ditingkatkan dengan melakukan
counseling. Sedangkan coaching berkaitan dengan kognitif
seperti pengambilan keputusan serta coaching
lebih terkait dengan skill.
Mentoring
Mentoring didefinisikan
sebagai hubungan profesional dimana individu berpengalaman yang disebut mentor membantu
orang lain yang disebut mentee dalam mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan pribadi dan
profesional bagi orang-orang yang kurang berpengalaman (Pertin,
dalam Neupane, 2015). Sedangkan menurut Hall dan Duval (dalam Yuliawan, 2011)
mentor adalah seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi daripada klien,
sebab mereka memang memiliki keahlian dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh
klien. Mentoring juga dapat menjadi sebuah jenis dukungan seseorang orang
kepada orang lain dalam hubungan individu yang dihasilkannya melalui kontak
reguler selama periode waktu tertentu (Neupane, 2015).
Coaching dan mentoring
jika dilihat secara sekilas hampir memiliki kesamaan dan tidak ada perbedaan
yang mencolok dari keduanya. Namun, coaching
dan mentoring memiliki tujuan yang hampir
sama yaitu untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi seseorang, sedangkan
yang membedakannya pada pemahaman target atau pesertanya, jika coaching individu atau klien telah
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidangnya sehingga pelatihnya
hanya memfasilitasi belajar saja. Sedangkan mentoring, individu atau klien
belum memiliki pengetahuan atau informasi mengenai pembelajaran (Yuliawan,
2011).
Referensi
Aprianto, B., & Jacob, F, A. (2014).
Pedoman lengkap soft skills kunci sukses dalam karier, Bisnis, dan kehidupan
pribadi. Jakarta: Penerbit PPM.
Ariyani, R, M. (2013). Peran konseling
dalam meningkatkan kinerja karyawan. Jurnal Ekonomi, 1, 3.
Miharja. (2010). Teknik konseling
diakses pada tanggal 12 mei 2017
https://www.scribd.com/doc/37922005/Buku-Bahan-Ajar-Teknik-Konseling
Munthe, R, G. (2015). Menerapkan
coaching sebagai gaya kepemimpinan masa kini. Jurnal Manajemen, 14, 2.
Neupane, R. (2015). Effects of coaching
and mentoring on employee performance in the UK hotel indutri. International
Journal of Social Sciences and Management, 2(2), 123-138.
Yuliawan,
T. P. (2016). Coaching Psychology: sebuah Pengantar. Buletin Psikologi, 19(2).
0 komentar:
Posting Komentar